Halo. Salam kenal πΊ
Aku Alfa, seorang makhluk asing di negeri sains komputer. Izinkan aku berbagi sedikit cerita ya. Sebuah cerita tentang bagaimana hanya segelintir baris kata-kata mampu menciptakan rekor baru pada diri seorang Alfa melalui linangan air mata yang dipicunya.
Kau lihat sepotong jepretan foto di atas? Biarkan aku memberi tahu. Itu adalah salah satu sudut di gedung kuliahku, tepat di samping lift yang dapat mengantarkanmu hingga ke lantai lima. Ada alasan mengapa aku menyertakan foto itu. Di atas lantai krem itu, dulu ada satu set kursi empuk berwarna hijau tosca. Di situlah aku pertama kali bertemu dengan klien proyek berbau teknologi pertamaku. Iya, yang pertama, di tahun kuliahku yang pertama pula.
Aku menceritakan hal ini bukan dengan maksud bersikap sombong. Justru sebaliknya, aku sedang ingin mengingat kembali tentang betapa ga-tau-malu-nya diriku saat itu untuk mengambil proyek dengan skill yang masih ampas. Sampah. Serius.
Jika saja aku tidak punya sifat lemah dalam melakukan penolakan, tentu saja proyek itu tidak akan pernah aku ambil. Saat itu seorang teman dengan sangat gigihnya membujukku untuk mengambil proyek bersama. Meski sudah kutolak berkali-kali, bujukannya bukan meredup malah justru mengalir makin deras masuk ke telingaku. Tak mampu lagi menahannya, akhirnya kata "iya" pun terucap. Tak kusangka, itu menjadi langkah kecil pertamaku di negeri ini. Dan untuk siswa tahun pertama sesungguhnya hasil kerjaku tidak begitu buruk.
Untuk dapat bertahan hidup di negeri ini bukanlah hal yang mudah. Jika diingat-ingat kembali, rasanya sudah banyak air mata, sesak di dada, dan malam melelahkan yang kulalui untuk mencoba bertahan. Aku cukup beruntung bisa bertahan sejauh ini. Tapi kini, menginjak masa-masa terakhirku di sini, beban yang begitu berat mulai menyapa.
Tugas akhir. Belum sampai situ memang untuk saat ini. Baru sampai tahap pertama. Namanya seminar. Tapi aku sudah merasa ingin menyerah saja.
Aku nggak bisa ngoding. Aku lemot kayak bekicot.
Aku selalu mempercayai kalimat itu. Tapi baru saja beberapa baris kata yang kubaca sedikit menyentakkan kepercayaan itu. Meluluhkan air mata yang ternyata mampu menyembuhkan hati yang tengah berduka. Untaian kata karya Kak Qoonita itu memberikan pesan berisi sebuah fakta bahwa Allah mengirimkanku ke negeri ini bukannya tanpa kira-kira. Potensi sudah disiapkan dan ditanamkan pada diri ini agar bisa mekar menjadi sebuah kesuksesan besar negeri ini.
Kalau sudah punya bekal, lantas mengapa masih merasa sampah? Takut. Aku takut ketinggalan. Aku takut tertinggal di belakang dan harus berjuang 'sendirian'. Padahal aku juga sudah tahu. Setiap orang punya pace-nya sendiri-sendiri. Ada yang memang secepat cahaya, ada yang perlu perlahan dan menikmati prosesnya.
Tak apa Alfa jika kamu tak secepat mereka. Pun jika kamu terlambat dan perlu 'mengulur' waktu lebih lama, pasti ada alasan di sebaliknya. Lakukan apa saja yang menurutmu masih sanggup kamu lakukan. Jika memang butuh waktu lama, ya sudah. Belajarlah untuk menerima jika memang dirimu begitu adanya.
Aku tahu, sejak sekolah menengah kamu punya lingkungan baru yang membuatmu bertemu banyak sekali orang jenius dengan kegigihan dan otak yang cemerlang luar biasa... itu pasti sangat berat. Selalu merasa apa yang sudah dilakukan tidak cukup. Di saat berhenti sejenak bermakna posisi siap untuk direbut dan tertinggal. Lalu merasa terkucilkan dan tak berdaya. Merasa beristirahat merupakan tindakan membuang waktu percuma.
Tenang, tenang. Kamu sudah pernah melewati masa-masa itu dan berhasil dengan cukup baik. Tak apa. Kamu sedang melewati masa itu lagi. Ingat kembali apa yang dulu kamu lakukan untuk mengatasinya. Berusaha, berdoa, dan tawakal. Iya, kan?
Percayakan duniamu pada Sang Pemilik Dunia. Ia tak akan membuatmu merana selamanya. Jatuh itu kebutuhan setiap ruh, biar kamu sadar bahwa kamu butuh tempat bersandar, yaitu kepada Allah Sang Pencipta. Ingat kamu bukan hanya terdiri atas jasad yang kasat mata. Ada ruh yang senantiasa membutuhkan asupan cahaya iman, yang memang terkadang perlu dipantik dengan adanya ujian.
Situasi tidak menyenangkan akan selalu ada dan ada lagi. Cukup percaya bahwa kamu hanya diminta untuk bertahan dan berusaha, percaya kepada-Nya. Ingat, masa mudamu memang harus penuh makna, kan? :)
