Jujur saja. Saat ini aku sangat ingin menghilang. Aku ingin logout, bahkan deactivate akun Twitter dan Instagram yang aku punya. Aku ingin menghilang dari peredaran dan menikmati waktu yang terus berjalan ini dengan melakukan hal-hal yang bisa kulakukan sendiri. Membunuh waktu dengan novel romansa klise, menonton drama belasan episode tanpa peduli betapa berharganya waktu.
Tapi aku merasa tak lagi bisa begitu.
Mungkin jika situasinya adalah aku yang apatis seperti masa SMP, aku bisa melakukannya dengan mudah. Toh tidak banyak orang yang kukenal, tidak banyak juga tanggung jawab dan kepedulian yang perlu kutunaikan yang berkaitan dengan orang lain. Tapi kini, aku merasa sayang jika melakukannya dengan alasan khawatir tertinggal update kehidupan teman-teman. Aku khawatir tidak bisa hadir tepat waktu ketika momen itu tiba, baik yang sifatnya bahagia maupun merana. Aku khawatir tidak mengirimkan selamat kepada mereka tepat waktu. Aku takut tidak mengetahui kekhawatiran yang mereka tengah hadapi atau tidak tahu kesulitan apa yang tengah mereka perjuangkan sehingga terlambat mengulurkan bantuan dan menyesal. Aku takut jikalau aku terlampau egois, aku akan menyalahkan diriku sendiri seperti kala itu.
Meskipun aku juga mulai memahami, bahwa tidak semua teman yang kukenal, yang aku tahu menghilang dari peredaran, mau menerima uluran tanganku. Kalau sudah di situasi begitu, terkadang aku jadi merasa bersalah juga, karena berpikir apakah tampaknya aku terlalu sok ingin dilihat peduli banget sih sama hidup orang? Tapi...bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin mengecek kabarmu, ingin tahu apakah kamu sedang baik-baik saja dengan hidupmu, ingin tahu apakah ada kemungkinan aku bisa meringankan bebanmu. Aku ingin kamu tahu, kalau aku bisa kamu hubungi kalau butuh bantuan atau ada pertanyaan. Aku akan dengan senang hati berusaha membantu sesuai kapasitasku...
Selain itu, saking terlalu parahnya sifat otakku yang suka berpikir berat, aku mulai menilai negatif beberapa teman yang aku anggap tidak sepaham dengan apa yang aku anut sebagai hal positif. Aku mulai merasa, tindakanku ini hanya sia-sia karena selain menambah catatan dosa, hanya memusingkan kepala sendiri dan tidak membawa perubahan positif juga karena tidak disampaikan langsung ke yang bersangkutan. Ingin rasanya mengalihkan alokasi waktuku untuk mengurusi hidup orang lain ini ke hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti membaca buku berat ala Pak Gita Wirjawan.
Solusi sementaraku saat ini adalah dengan mengatur mode mute untuk akun teman-teman yang aku merasa jengkel melihatnya. Maafkan aku teman. Aku butuh waktu untuk menjernihkan hati dan pikiranku.