Pagi ini aku bangun dengan punggung yang kaku. Maklum saja, meskipun usia masih awal dua puluhan, tapi badanku begitu mudah lelah akibat jarang berolahraga.
Kehadiran Tante-lah yang menjadi penyemangat untuk memaksa tubuh bangun dan bergerak. Aku tidak menyesal karena memaksa diri hari ini, sebab baru beberapa langkah, pemandangan matahari berwarna jingga dengan bulat sempurna sudah menyambut di langit sebelah timur. Alhamdulillah, hampir 17.000 langkah! Pantas saja telapak kaki ini terasa sedikit mati rasa😅
Rencana awal, kami hanya ingin berjalan memutari kompleks perumahan di area Pulomas. "Sambil cuci mata," ujar Tante. Setelah melewati rutenya, baru aku paham maksudnya. Rumah area tersebut besar-besar. Beberapa juga memiliki halaman yang luas dan asri. Jalanannya rindang dan rapi. Sekolah internasional di situ pun begitu luas dan terlihat modern—lapangannya juga bagus, seperti di drama-drama Korea.
Kata Tante, area itu memang tempat tinggal para orang kaya, atau istilahnya 'old-money'. Terlebih, lokasinya juga dekat dengan Mall Kelapa Gading. Suasananya mirip dengan area BSD—aku pun manggut-manggut saja karena belum pernah ke sana😅
Di tengah perjalanan, aku melihat penanda jalan yang menginformasikan bahwa Jakarta International Equestrian Park sudah dekat. Wah, sudah beberapa kali aku mendengar nama tempat tersebut saat naik LRT menuju ke Mall Kelapa Gading. Terbersit keinginan untuk mengunjunginya, melihat wujudnya, tetapi kesempatannya belum kunjung tiba.
Berhubung hari ini sedang jalan pagi santai, langsung saja aku mengajak Tante untuk masuk dan melihat-lihat. Awalnya Tante bilang kalau tidak yakin apakah masyarakat umum boleh masuk. Saat melewati pintu masuknya, ternyata terlihat orang lalu-lalang untuk jalan pagi. Langsung saja kita masuk ke sana. Inilah bangunan pertama yang menyambut kami begitu megahnya😱
Setelah itu, kami belok ke kanan untuk melihat lapangan pacu kuda. Aku tertarik menghampirinya, selain karena ada beberapa pengunjung yang belok ke sana meskipun terdapat penanda "Hanya atlet dan staff yang boleh masuk", juga karena terdengar suara speaker yang bergema cukup keras. Wah, bertepatan sekali dengan adanya acara kompetisi Indonesian Horse Lovers, kalau tidak salah ya.
Ini adalah kali pertamaku melihat lapangan pacu kuda dari dekat. Ternyata, tanahnya seperti berwarna putih, ya. Aku kurang mengerti juga mengapa warnanya seperti itu.
Penontonnya hanya beberapa yang duduk di kursi berwarna-warni. Sudah siap di arena beberapa halangan yang perlu dilalui kuda-kuda dengan lompatan. Wah, rasanya seperti menonton secara langsung pemandangan yang selama ini hanya ku tonton di film kerajaan😅
Di dekat area perlombaan, terbentang area rerumputan yang luas dengan dihiasi beberapa tiang penanda. Ini adalah salah satu yang aku abadikan. Awalnya aku membacanya sebagai "Horsing". Berhubung aku merasa hanya menerka-nerka dan tidak yakin dengan jawaban sendiri, aku pun mencari tahu di Google. Ternyata, cara baca "xing" itu "crossing". Huruf 'x' dibaca sebagai 'cross'. Sebuah wawasan baru bagiku!
Tak jauh dari sana, terbentang kembali pemandangan yang membuatku terpukau. Taman lotus yang sangat luas! Selama ini, aku baru pernah melihat taman teratai yang bunganya tepat mengapung di atas air. Kalau lotus kan, masih memiliki batang sehingga bunganya dapat lebih tinggi berjarak dari air.
Di dekat situ, juga terdapat lagi lapangan kuda tempat para peserta lomba sedang melakukan pemanasan dengan kudanya—begitu terkaanku. Yang kulihat, mereka masih usia anak-anak. Wah, keren sekali ya!
Kulihat, mereka datang dengan didampingi orang tuanya, lengkap ayah dan ibu. Kata Tante, begitulah hobi orang kaya. Hari libur dimanfaatkan dengan baik agar anak mereka tetap produktif dengan belajar sesuatu atau mendapatkan pengalaman baru. Saat hari kerja, mereka jarang bertemu dan berkumpul. Jadi, saat akhir pekan mereka akan memanfaatkan quality time sebaik mungkin. Tipikal mereka itu, liburan yang tipis-tipis akan ke Bali. Kalau libur panjang, akan ke luar negeri. Yah... Cukup tergambar sih, karena dulu teman semasa SMP dan SMA ada beberapa yang cukup kaya dan memiliki cerita seperti itu hehe
Kata Tante juga, dulu Syahrini saat muda suka berkuda di sini. Waah😮
Lalu kami berjalan memutari area JIE Park ini. Di tengah jalan, kami sempat dikejar seekor kucing oren kecil. Cukup jauh ia mengejar kami hingga menghalangi kami berjalan karena menghadang kaki kami di depan berulang kali. Sepertinya ia kelaparan dan meminta makan. Sayang, aku tidak membawa makanan apapun. Akhirnya, Tante pun mengatakan kepada si kucing untuk stop mengejar. Setelah yang ketiga kali, akhirnya ia berhenti mengejar. Sedihnya🥲 Kata Tante, mungkin aku bau kucing. Atau bisa juga Tante yang bau kucing karena hari sebelumnya, Tante mengelus bayi kucing yang baru lahir karena menangis di pinggir jalan🤧
Setelah itu, kami melewati area parkir kendaraan-kendaraan, yang menurut dugaanku merupakan kendaraan untuk kuda-kuda dari kandang si pemilik ke lokasi lomba. Waah, aku berdecak kagum, karena menurutku cukup bagus juga untuk level kuda. Kupikir, akan dimobilisasi dengan mobil pickup terbuka😅 Mungkin tidak boleh ya di jalanan Jakarta karena akan mengganggu pengemudi lain. Mobil-mobil yang parkir di dekat situ pun merupakan mobil yang sepertinya mewah hehe
Di dekat situ, juga ada sebuah area dengan tulisan "Groom Gate". Wah, sepertinya itu tempat para kuda dimandikan.
Di perjalanan pulang, kami melewati gedung kampus I3L (dulu punya kenalan yang kuliah di situ, sesama juara lomba poster AIS Forum 2018) dan Mitsubishi yang sangat luas.
Sebelum benar-benar pulang, kami mampir dulu ke warung Sop Kaki Sapi 🐮 Wah rasanya nikmat, seperti masakan Ibu di rumah🥺 Jadi begitu bersyukur, karena selama ini selalu bisa makan masakan Ibu yang lezat secara cuma-cuma dan dalam porsi sepuasnya. Sementara di perantauan, makan seporsi seharga dua puluh ribu. Kalau mau tambah, harus merogoh kocek kembali 😭
Saat pulang dari makan, kami naik angkot dulu menuju tempat pemberhentian bus di Salemba. Niatnya mau nyambung naik bus Transjakarta jalur 4C. Ternyata menunggunya lama sekali. Mungkin 30 menit lebih. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan saja ke halte Flyover Pramuka. Sampai busnya datang, jalur 4C ini masih juga belum lewat. Ada apa ya, dengan bus jalur ini...
Sebelum aku benar-benar kembali ke kampung halaman, Tante mengajakku untuk membeli oleh-oleh. Katanya, ini asinan yang sangat terkenal hingga rekornya saat Ramadhan, perlu antre hingga 3 jam! Kami ke sana setelah Asar dan sesampainya di sana, ternyata sepi. Alhamdulillah, jadi bisa langsung pesan hehe
Kami makan 1 di tempat. Wah rasanya enak sekali! Bumbu kacangnya perpaduan gurih-manis nikmat, sayurannya yang terdiri dari kubis iris tipis, taoge, dan selada segar-segar. Pelengkapnya pun enak: kacang goreng, kerupuk merah gepeng, dan kerupuk kuning panjang-panjang.
Makan hongkwe ini jadi mengingatkanku kembali dengan almarhumah Eyang😭 Eyang dulu saat masih sehat sangat hobi membuat camilan dari hongkwe, khususnya berwarna merah muda. Dibikin es gabus juga enak! Ya Allah, tolong ampunilah dosa Eyang, terimalah amalnya, lapangkan dan terangilah kuburnya, dan tempatkan Eyang di surgamu yang terbaik... Aamiin...
Saking larisnya asinan ini, bahkan sampai tertera tulisan bahwa tidak buka cabang lain.
Menurutku, lokasinya cukup unik karena berada di tengah-tengah kompleks perumahan. Biasanya kan padahal kalo toko atau warung laris itu kan di pinggir jalan ya
Alhamdulillah perjalanan yang cukup berkesan. Terima kasih Tante sudah mendobrakku agar jalan pagi biar sehat. Pulangnya pun dimasakkan puding coklat dicampur bubuk cocoa dengan vla pendamping. Hmm nikmat sekali! Semoga aku jadi lebih demen dan rutin jalan pagi beribu-ribu langkah ya, biar stamina kakinya ga sekeyok sekarang macam remaja jompo hiks. Sehat selalu tante💖