OUTBOND!!!

By alfanadhya - April 11, 2015



Assalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

Hari ini, sejak matahari belum menampakkan wajahnya, aku mulai mempersiapkan diri untuk menjalani serangkaian kegiatan outbond dari sekolah yang hukumnya "WAJIB". Kegiatan ini dilakukan bersama dengan teman satu angkatan kelas sembilan dan CI 2 Pawitikra yang akan lulus tahun ini. Tujuan kegiatan ini adalah untuk refreshing. Berkaitan dengan pemilihan waktu kegiatan ini ada yang berpendapat positif dan ada juga yang sebaliknya. Kalau aku, setuju-setuju saja karena akan bermain dengan riang bersama teman-teman yang pasti akan sangat mengasyikkan. Tetapi ada yang berpendapat penentuan waktunya kurang tepat, karena hanya berjarak satu hari sebelum TPM Provinsi D.I.Y II. Meskipun begitu, semua tetap berangkat dan menjalaninya dengan canda dan senyuman.

Pertama kali kami sampai di tempat outbond, kesan pertamaku adalah tempatnya berada di pedesaan dengan udara yang bersih dan segar dan menyejukkan saat terhirup. Ya iyalah... 
namanya Kaliurang... :D. Kami para anak perempuan meletakkan tas dan barang-barang lainnya di sebuah basecamp yang berbentuk seperti sebuah pondok. Lalu kami berkumpul di sebuah lapangan berumput hijau yang membentang luas. Ahh..., rasanya menyenangkan sekali. Sudah lama sekali semenjak aku berjalan di atas hamparan rumput hijau. Untuk sampai ke sana, kami perlu menuruni tebing (?) dengan menggunakan tangga batu yang benar-benar berbatu. Maksudku anak tangga tersebut benar-benar terbuat dari batu-batu yang disusun, bukannya semen. Mungkin maksudnya supaya apabila hujan turun tangga tersebut tidak terlalu licin :D. Sayang aku tidak punya fotonya. Soalnya kalau outbond bawa hp nanti takut rusak...

Setelah itu, kami bersama-sama menyeberangi sungai menggunakan jembatan bambu yang awalnya terlihat mengerikan. Mengapa? Sebenarnya itu hanya perasaanku saja, karena menurutku semua jembatan bambu itu terlihat rapuh. Hal itu karena aku sering melihat berita di televisi yang melaporkan anak-anak sekolah yang harus menyeberang sungai melalui jembatan bambu reyot agar tidak usah memutari desa. Tapi alhamdulillah, aku bisa melewatinya meski sedikit merasa takut :D.

Lapangan hijau itu memiliki semacam gubug di pinggirnya. Tidak hanya satu, namun banyak dan berjejer-jejer. Di sana ada seorang kakak yang berusaha memanggil teman-teman yang masih berada di atas untuk turun ke bawah dengan microphone. Nah, teman-teman sekelasku ada yang berlaku jahil. Awalnya mereka mengendap-endap berjalan di belakang kakak pemanggil. Saat kakak itu berbalik arah, mereka pura-pura melakukan sesuatu. Saat kakak itu berbalik arah lagi, mereka meneruskan berjalan mengendap-endap mendekati stop kontak. Dan.. kalian pasti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Mereka mencabut steker yang menghubungkan kabel sound system dengan sumber listrik. Kakak itu langsung berbalik arah dan raut wajahnya agak aneh lalu berjalan menuju stop kontak. Hahaha...

Tak lama berselang, acara dimulai. Ada seorang bapak yang tiba-tiba muncul. Ia yang membantu kakak pemanggil tadi mengatur kami. Akhirnya kami semua bisa juga berbaris sesuai kelas kami, meskipun tidak rapi-rapi amat, tapi lumayan lah... Pertama-tama beliau memperkenalkan diri. Ia adalah dosen psikologi kalau tidak salah. Lalu ia memperkenalkan kakak pemanggil dan kakak-kakak yang lain. Ternyata kakak pemanggil itu adalah sarjana psikologi. Wah... aku tidak menyangkanya.

Lalu mereka membagi kami semua menjadi kelompok-kelompok sedang, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, yang terdiri dari 13 orang tiap kelompoknya. Awalnya kami bersikukuh tidak mau bercampur dengan kelas lain, kecuali yang anak laki-laki. Namun pada akhirnya, karena daripada acaranya tidak mulai-mulai, ada di antara kami yang harus berpisah dengan kelasnya dan bergabung dengan kelas lain.

Kemudian setiap kelompok mendapatkan sebuah peta berwarna oranye sebagai petunjuk bagi kami untuk dapat menemukan pos-pos yang tersebar di seluruh area outbond yang jumlahnya ada delapan pos. Di setiap pos apabila kami berhasil menyelesaikan tantangan kami akan mendapatkan stiker bintang. Jadi tugas kami adalah mengumpulkan kedelapan stiker bintang. Kami beruntung karena duduk di barisan depan sehingga bisa berangkat paling pertama bersama dengan 2 kelompok dari kelas lain. Aku satu kelompok dengan Annisa, Berta, Dea, Mirna, Rizkya, Alya, Rafi, Riswan, Glenn, Calista, Anin, dan aku lupa satu orang lagi..., mungkin Nabilla.

Tantangan pertama yang kami hadapi adalah melemparkan gelang yang terbuat dari selang ke batang bambu yang sudah ditancapkan vertikal di tanah. Setiap orang mempunyai kesempatan 2 kali, sekali uji coba dan sekali ujian. Aku tidak berhasil melakukan dua-duanya. Begitu juga dengan sebagian besar anggota kelompok kami, kecuali Dea dan Mirna yang masing-masing berhasil memasukkan satu gelang. Ye... kami berhasil mendapatkan satu stiker bintang. Mbak penjaga pos tersebut mengatakan, melempar gelang tadi ibarat menghadapi UN. Kelihatannya mudah, tapi kalau dianggap sepele tidak akan mudah untuk bisa meraih nilai yang baik. Jadi diperlukan strategi dan target.

Tantangan kedua adalah menyeberangi "sungai amazon" dengan alat balok kayu. Ada kayu yang hanya boleh diinjaki satu kaki, ada yang dua kaki, ada yang tiga kaki. Pada awalnya kami kebingungan. Namun pada akhirnya kami berhasil menyeberang...

Tantangan ketiga kami alami saat langit mulai sedikit gelap. Kami mengunjungi pos di mana kami harus memindahkan tiga gelas plastik berisi air dari satu sisi ke seberang sisi lapangan dan balik lagi dengan menggunakan taplak berwarna oranye. Taplak itu harus dibentangkan, tidak boleh dikerutkan. Saat kami mulai berjalan, hujan mulai turun, meski baru gerimis ringan. Lama kelamaan hujan semakin deras. Tapi kami tidak ingin menyerah begitu saja. Kami berjalan beriringan. Namun saat satu gelas jatuh, kami melemparkan taplaknya. Lalu kami mencoba lagi. Dan akhirnya... stiker bintang berhasil kami dapatkan.

Tantangan keempat, sekaligus tantangan terakhir yang kami lakukan, saat aku mulai merasa pusing. Kami harus mengeluarkan suatu benda yang diletakkan di dalam pipa berlubang yang dipasang vertikal dengan air yang harus berasal dari plastik es lilin yang panjaang sekali. Pada percobaan pertama kami gagal. Pada percobaan kedua, setelah bersusah payah menahan diri untuk terus menutupi lubang pada pipa agar air tidak keluar. Kami berhasil!!! Stiker bintang keempat!

Saatnya makan snack di tengah cuaca yang hujan deras dan terasa dingin. Semua snack dalam kardus putih itu terasa enaaaakk sekali. Ada risoles, pie buah, dan makanan panjang-panjang gitu. Sementara kami makan, teman laki-laki hujan-hujanan, berenang, melompat ke kolam lumpur, mainan ban, dan mendayung sampan.

Setelah itu kami pulang ke atas dengan menyeberangi jembatan bambu dan rute selanjutnya sama seperti waktu turun. Di sana kami baru menyadari bahwa ternyata hanya kamilah anak perempuan yang tetap melanjutkan perjalanan ke pos-pos yang ada. Para anak perempuan lain sedang makan di basecamp dengan nikmatnya. Tubuhnya juga tidak basah kuyup. Meskipun begitu... aku senang karena kegiatan outbond ini sangat mengasyikkan.

Setelah mandi dan menyantap ayam goreng tepung kami pun pulang. Meski badan terasa lelah... mengantuk juga kami rasakan... tapi secara keseluruhan kegiatan ini cukup membuat pikiranku terasa segar kembali, seperti tujuan diadakannya acara ini. Aku sangat gembira. Terima kasih bapak dan ibu guru yang telah menemani kami outbond dan membagikan makanan yang enak-enak... Aku akan berusaha yang terbaik untuk TPM Provinsi D.I.Y satu hari lagi... dan juga untuk UN pastinya.

Sebagai penutup, ini foto salah satu tempat outbond sebelum pulang.



Sekian....
Wassalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh :)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments