Aku...bingung

By alfanadhya - June 17, 2018

Deru putaran kipas angin menjadi temanku sore ini. Tak ada kegiatan khusus yang cukup berfaedah untuk bisa kulakukan. Hingga detik ini, kegiatanku seharian cuma makan, cuci piring, nonton TV, setrika, dan tiduran. Sama sekali nggak produktif.

Liburanku masih panjang... menurut perhitungan kalender. Tapi menurutku, sama sekali ga panjang. Menurutku, liburan baru bisa dibilang panjang kalau diisi dengan semua kegiatan berfaedah versiku sendiri.

Kegiatan berfaedah versiku adalah baca buku tebel, rajin ibadah, rajin ngeblog, nyicil belajar kuliah (sok sokan banget sih w), rajin bersihin rumah, rajin cuci-cuci, dan ga mager buat olahraga pagi. Tuh kan, kriteriaku banyak banget. Kalau dilihat-lihat, keren banget ya w, kalau liburan bisa menyelesaikan semua kegiatan di atas. Tapi realitanya...hmm, seperti yang udah kuceritakan sebelumnya.

Dari SD, kayanya hidup selama liburanku emang gitu-gitu aja. Dari SD juga, aku dah memikirkan kegiatan, yang seharusnya dan sepatutnya, dilakukan oleh seorang yang terpelajar seperti aku (hyaaah). Tapi, akunya tetep aja terjebak di situ-situ aja.

Ya udah, daripada bingung mau ngapain, padahal banyak yang harusnya bisa kulakukan, aku mau cerita aja. Sambil nungguin waktu untuk membangunkan adek dan matahari sore agak redup dan cukup bersahabat untuk mengambil baju dari jemuran sembari menyirami tanaman ibu di lantai atas.

Jadi, ceritanya gini...

Aku lagi seneng dan hobi banget melakukan sesuatu. Sesuatu itu ga pengin tak sebutin namanya ke kamu. Dia...mungkin nggak kamu kenal. Aku sebutin aja ya, ciri-cirinya. Barangkali kamu bisa tebak.

Sesuatu itu, menurutku merupakan alasan kehidupan SMA-ku menjadi cukup berarti.

Sesuatu itu, telah mampu membawaku ke dunia, yang sama sekali belum pernah kubayangkan aku bisa menyambanginya.

Sesuatu itu, merupakan pembuka jalan dan penyelamatku hingga mampu dengan suksesnya masuk ke tempat yang kuidam-idamkan begitu masuk SMA.

Sesuatu itu, membuatku mampu bertemu dengan orang-orang, yang bahkan nggak pernah terlintas di pikiranku bakal aku ajak ngobrol.

Sesuatu itu, membuatku mengetahui rasanya mendapatkan bayaran atas hasil kerja sendiri.

Keren ga sih? Dari gambaran itu, kamu bisa tahu, kan, betapa dekatnya aku sama sesuatu itu.

Semuanya masih berjalan baik-baik dan damai hingga beberapa jam yang lalu, aku menemukan fakta bahwa tidak seharusnya aku berkenalan baik dengannya. Aku yang telah terlanjur dekat dan ingin lebih akrab serta luwes dengannya, tampaknya tidak boleh bersama lebih jauh lagi. Aku, yang sempat menemukan kebahagiaan bersamanya, mengetahui, bahwa sesungguhnya ia justru meninggalkanku dalam kesengsaraan di hari nanti. Ia, yang telah membawaku ke mana-mana hingga menciptakan jejak yang jelas dan tak terhapuskan di dunia ini, yang akan menjadi bukti fisik nan nyata atas hukumanku kelak.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Baru beberapa hari berselang sejak aku menemukan begitu banyaknya peluang yang bisa kuraih bila tetap bersamanya. Tapi ternyata, itu semua hanyalah kebahagiaan semu. Masih ada begitu banyak orang yang mulai, sedang, dan sudah berkenalan dan menjadi teman baiknya, tapi belum mengetahui fakta tersebut. Mereka masih dengan bangga dan bahagia bersamanya.

Lalu aku harus bagaimana? Caraku mampu mencetak prestasi seperti yang diakui oleh manusia kebanyakan adalah dengan tetap berkawan dengannya. Tapi sekarang, aku tampaknya harus mulai belajar menjauhinya...

Sesungguhnya, masih ada cara untuk bertahan dengannya, dengan segala dan semua keterbatasan yang ada. Akan tetapi, untuk mengikuti sederet lomba menggiurkan yang sudah kucari infonya, tidak mungkin aku yang belum pro dan miskin ide melaksanakannya. Deadline sudah sangat mengejar dan menanti, sementara urusan hati belum ingin berhenti.

Ya, hidup memang begitu.

Itulah ceritaku sore ini.

Terima kasih karena sudah mendengarkan :)

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

  • Share:

You Might Also Like

0 comments