Kalau baca tulisan sebelumnya,
tentu masih ingat kalau aku sangat bersedih meratapi kesendirianku di
kelas ke-MIPA-an. Kalian tahu, sekarang aku mau cerita, kalau aku
sudah merasa baik-baik saja dengan keadaan dan situasi ini. Bahkan,
aku malah merasa bersyukur bisa mendapatkan kesempatan seperti ini.
Aku baru menyadari (dan juga
baru ingat), bahwa setiap hal terjadi pasti ada manfaat dan maksud di
baliknya. Termasuk dengan diacaknya peserta kelas ke-MIPA-an.
Setidaknya hal yang kurasakan manfaatnya sampai sekarang adalah, aku
tidak terkungkung dalam dunia prodiku sendiri. Aku jadi kenal banyak
teman dari prodi lain. Aku jadi bisa mendengar banyak cerita yang
menyegarkan selain topik yang biasanya diceritakan teman satu prodi.
Aku bisa saling bertukar ilmu dengan teman, tidak hanya sekelas
ke-MIPA-an, tapi by coincidence, sama yang entah ketemu di masjid
atau kenalan pas PPSMB. Aku juga nggak paham sendiri, bagaimana
caranya kita bisa tahu-tahu nimbrung bareng ngerjain soal yang
sama-sama nggak ngerti dan akhirnya jadi belajar bareng.
Betapa sombongnya aku ketika
memutuskan bahwa aku terjebak dalam kondisi yang merugikan diriku.
Sungguh, aku hanyalah manusia dengan luasan lingkup pemikiran yang
terbatas. Aku lupa bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat rencana
kehidupan. Yang bisa dilakukan manusia dengan segala keterbatasan
akalnya adalah, mempercayai dengan sepenuh hati bahwa segala jalan
hidup yang kini tengah dilaluinya akan mengantarnya pada titik
terbaik.
Percayakan hidupmu kepada
Allah ya, Fa. Selalu posthink sama Allah. Selalu ingat Allah sebelum
memutuskan sesuatu. Yakinlah, bahwa dengan memilih hal-hal yang Allah
suka sama dengan mengirimkan kebahagiaan bagi dirimu sendiri.
Fighting \^_^/
