Behind The Idea - by Gisneo Pratala
Ideation
Sering kali ideasi nya klise, ga selalu memecahkan masalah banget. Startup e-commerce mainan dimasukkin semua di situ untuk dijual. Apa yang dipecahkan? Kalo mau jualan mainan bisa jual lewat e-commerce yang sudah ada
Jika behaviour market belum siap, sama aja nggak guna. Cari root problem yang mau diselesaikan. Kalo turunan masalah yang diselesaikan, nggak akan bertahan lama
Unique selling proposition : segala hal yang membuat produk kita unik untuk dijual
Emotional selling propotition : nembak dari sisi emotional nya
UX : bagaimana cara mengerti manusia, membuat produk yang benar-benar dibutuhkan manusia
7 dosa manusia : marah, nafsu, serakah, pride, males, rakus, sombong
Think big, start small, move fast
staging itu penting
menjual sesuatu dengan mahal, dengan menyentuh sisi emosionalnya. misal jualin batik di giriloyo dengan packaging yang bagus, branding, tulis sejarahnya
cobra effect : solusi yang ada justru menciptakan masalah yang lebih buruk.
Yang membunuh kamu pikiran kamu sendiri
Capture the Market - by Evan Fabio
Define your brand
Branding : identitas produk, kenapa (why) brand kita harus ada? Customer positioning yang jelas. Contoh Google, brandingnya sebagai search engine yang tahu segalanya. Branding itu apapun yang bisa memberikan value ke seseorang. How people associate with some values. Branding itu bukan tentang logo, warna, platform marketing, ya. Brand ini juga bisa berupa orang.
Marketing : bagaimana menyampaikan value yang kita punya ke customer, tujuannya mendapatkan aksi dari konsumen.
Branding dulu baru marketing. Marketing itu mengikuti branding. Contoh jualan semen, tapi malah pemasarannya dengan instagram dan tiktok, padahal target konsumen kita ga di sana.
Riset pasar itu jangan langsung loncat ke survei, padahal agak keliru approach nya. Harusnya ketemu langsung atau telepon paling nggak dan ngajak ngobrol orang yang akan menjadi calon customer kita biar bener-bener ngerti customer kita. Kalo sebar google form, insights nya kurang banyak dan kurang bisa dapetin pain points nya sebenernya apa.
OVO adalah sebuah strartup penyedia platform layanan pembayaran digital yang memudahkan konsumen di Indonesia usia 25-34 tahun dalam melakukan pembayaran melalui aplikasi mobile.
Jika target customer sempit bagaimana? Misal target customer kita adalah orang usia lanjut, which is sangat sempit ya. Coba ajak ngobrol orang usia lanjut tersebut masalahnya apa saja, kira" kalo ada maslaah seperti itu cara mengatasinya bagaimana atau pergi ke mana. Benar-benar gali insight dari mereka. Misal yang mempengaruhi decision mereka adalah saran keluarga, atau saran tetangga. Pahami cara pikir mereka. Psychological side apa saja yang mempengaruhi mereka.
Early adapter. Jika resource kita terbatas, misal 1 juta rupiah. Tanyakan pada diri kita, mau dipasarkan kemana produk kita biar benar-benar tepat sasaran? Contoh produk aplikasi, maka early adapternya adalah orang-orang yang sudah ngerti cara pake aplikasi, kita ga perlu ajarin cara pakenya, cukup kasih tahu benefitnya aja. Tidak semua orang Indonesia sudah melek teknologi. Untuk mengubah orang yang masih gaptek menjadi terbiasa menggunakan produk digital membutuhkan journey yang lebih panjang. Jadi, di awal langsung nembak aja kelompok customer yang sesuai.
Kalo tujuannya nonprofit gimana? Harus jelas dulu tujuan yang ingin diraih apa. Apakah organic group? Misal tujuannya untuk build awareness dan gather participants. Growth loop : bagaimana caranya customers kita bisa bring in more participants sehingga bisa mengurangi effort untuk menggaet customers, ga perlu susah-susah buat ads dll. Entah melalui broadcast grup WA atau apa.
Jika stigma masyarakat negatif terhadap produk kita, apa yang harus dilakukan? Mungkin karena produk mahal dibandingkan brand lain. Bisa juga customer kurang teredukasi. Atau bisa juga karena customer nggak pengen aja. Coba bedah dan dapetin inti masalahnya untuk bisa menerapkan approach solusi yang sesuai.
Kita pergi kemana customer kita berada. Misal target kita anak-anak, jadi pemasaran offline jualannya di depan sekolah. Kalo mau pemasaran online, cari tahu anak-anak biasanya pake aplikasi apa. Kalo banyak yang pake WA, bikin aja konten di WA. Misal, kalo kamu tunjukkin gambar ini ke toko kamu bisa dapat diskon jajan 5000 rupiah. Jangan ujug-ujug buka page di instagram dan twitter padahal customer kita nggak di situ.
Be different and have the empathy for our customers. Misal ramen, semua ramen kalo tutup mata juga rasanya sama aja. Tapi karena branding produk A dan produk B itu berbeda, bisa jadi persepsi yang diterima customer juga berbeda. Misal yang satu nembak kelas menengah atas, yang satu nembak kelas menengah. Yang satu manggil customer dengan Anda, yang satu pake lu. Buat feature produk yang benar-benar tepat sasaran dan banyak dipakai customer kita.
Jawaban atas masalah produk kita hanya customer kita yang tahu.
Brand story
To deliver your product with a good story. Because it's not about us. It's about our customers.
Batman
Goal : mendamaikan kota Gotham dengan melawan enemies
Batman as customer : hero of the story, the strongest character
Alfred as our brand : personal assistant
Police department as other parties : helper (?)
OVO
Goal : meningkatkan penetrasi dan literasi keuangan di Indonesia
Batman as customer : OVO's customer
Alfred as our brand : OVO application
Police department as other parties : merchants
Musuh : bisa jadi stigma masyarakat, kemalasan pribadi, kurangnya critical thinking
Content pillar
? : turunan dari brand story. Aplikasi brand statement dalam produk kita. Berguna tidak hanya untuk marketing, tapi juga untuk product development untuk menjaga konsistensi.
Content strategy
language style : sesuaikan dengan target customer/key audience kita. Kalo orang tua, misal, jangan pake bahasa gaul.
channel strategy : jangan keikut arus. Kalo mau pun juga gapapa, tapi buang-buang energi doang. Misal target kita abang bajaj, ya kalo terpaksa door-to-door mau gimana lagi?
---
Kita ga pernah tahu apakah customer kita benar-benar lebih memperhitungkan cost ketimbang fasilitas yang didapat? Kalo kita ingin benar-benar tahu, coba kasih free trial/promo biar mau cobain dan kita bisa menerapkan habit forming. Mengubah habit itu ga cuma sepekan dua pekan, bisa jadi bertahun-tahun. Memang di awal bakar duit. Dan sudah pasti bahwa ketika nanti kita menerapkan sistem berbayar, jumlah customernya menurun drastis. Nah, pastikan bahwa customer yang bayar itu bisa nutupin biaya operasional semua jenis user.
Semakin ketat kompetisi antarbrand semakin penting emotional branding.
Public speaking itu bukan performance, tapi conversation. Gunakan kata-kata seperti, kita, tahukah, dan lainnya yang membuat rasa nyaman. Make it very impromptu. Jangan terlalu mikir konsekuensinya karena bikin khawatir.
Kita harus punya self-confidence. Meskipun kita bukan skillful public speaker, tapi dengan kepercayaan diri, apa yang ingin kita sampaikan tetap akan terdeliver, meskipun terbata-bata dan ada yang terlupa.
Don't multitask. Kurang memperhatikan jadinya kurang nangkep
Jangan merasa lebih pinter dan bikin suasana ga enak. Kita ga bisa memilih lawan bicara kita. Jika bertemu orang yang benar-benar berbeda value hidup dengan kita, jangan sampai jawaban kita tidak mengenakkan.
Cari pertanyaan yang jawabannya bukan yes or no. "Eh, kamu tadi berangkat naik apa?" Jangan "Tadi kamu berangkat naik ojek ya?"
Kalo ga tau, bilang aja jujur ga tau. Tapi tawarkan sesuatu yang bisa membuat orang yang nanya tersebut
Jangan balik sombong. Misal, "Duh, aku lagi banyak utang," jangan dijawab "Aku juga pernah gitu," kalo kita jawab gitu malah akan bikin ga enak orang yang nanya ke kita.
Ketika public speaking dan ada hal penting yang ingin disampaikan, posisikan badan kita lebih maju biar mengemphasize kalo kita lagi ngomong sesuatu yang penting.
Framework STAR : Situation, Task, Action, Result
Perkenalan jangan cuma sebut nama, tapi coba ceritakan sedikit latar belakang yang menarik dari hal yang akan kita sampaikan.
Include a goal early in presentation biar audience ngerti apa yang bisa mereka expect dengan ngedengerin kita. It help you shape your presentation.
Use supporting material liberally. Sajikan fakta tersebut secukupnya aja, jangan berlebihan. Misal ngomong tentang pembentukan habit, ceritain kalo sebenernya butuh waktu sekitar 60 hari. Jadi kalau kita ingin menjadikan menyapu rumah sebagai kebiasaan, mulai sapulah rumahmu tiap hari selama 60 hari.






0 comments