Dilema Seorang Remaja (?)

By alfanadhya - January 02, 2016

Sebenarnya, ini adalah sesuatu yang aku sendiri belum mampu menjelaskan seperti apa rupanya. Seperti apa rasanya, seperti apa kedengarannya. "Sesuatu" itu terus menggempur batinku (halah) hingga rasanya hidup ini tidak tenang. Peristiwa ini jelas-jelas mengganggu masa liburanku yang hanya 2 minggu. Mau melakukan ini salah, mau yang itu juga salah. Rasanya, sejak "sesuatu" itu hadir, segala yang akan kulakukan harus dipikirkan matang-matang dulu. "Sesuatu" itu memaksaku untuk berpikir bahwa segala yang kulakukan harus benar-benar bermanfaat. "Sesuatu" itu membuatku berpikir bahwa masa mudaku sebelum menjejaki gerbang perkuliahan akan habis sebentar lagi. "Sesuatu" itu membuatku merasa tertantang, atau mungkin lebih tepatnya tertohok (?), apa saja hal yang telah kuraih selama ini. Prestasi apa saja yang telah kucapai setelah hidup selama 15 tahun di muka bumi. Seberapa banyak raga ini telah mengabdikan dirinya sebagai hamba Allah?

Jujur, aku merasa semakin jauh dari segala kegiatan untuk mendekatkan diri pada Allah. Aku pun telah menyadari bahwa ini merupakan salah satu ujian yang harus dihadapi oleh seorang remaja. Dimana gemerlap dunia seakan terlihat jauh lebih nyaman dibandingkan mengejar dunia akhirat. Anehnya, meskipun aku telah menyadarinya, tubuhku seakan memberi kode untuk tetap tinggal di zona nyaman yang fana ini. Contohnya saja saat aku tengah menonton salah satu tayangan di YouTube lalu adzan terdengar. Aku menyadari bahwa seharusnya aku berhenti menonton dan segera mengambil air wudlu. Akan tetapi, seakan ada yang mengirim kode ke otak kemudian berbisik menghanyutkan,

Lima menit lagi...

Satu video lagi...

Satu lagi, nanggung...

Bahayanya apabila kode ini terus diikuti, tahu-tahu satu jam telah berlalu sejak terdengarnya kumandang adzan. Ini bukanlah sesuatu hal yang baik untuk diteruskan.

Oh..., aku, cepatlah sadar! Cepatlah beranjak dari kebiasaan buruk ini!

Ada lagi yang tengah berkecamuk di otakku, yaitu sebenarnya apa bakatku? Sampai sekarang aku benar-benar belum mengetahui keterampilan apa yang sungguh-sungguh aku miliki dan kuasai. Sejauh ini, aku selalu menekuni apa yang menarik perhatianku. Akan tetapi yang buruk dariku adalah sekalinya tenggelam dalam dunia itu aku akan tetap di sana hingga tibalah rasa bosan yang datangnya secepat timbulnya rasa tertarik itu. Bagaimana rasa bosan itu bisa muncul? Untuk masalah itu, untungnya aku telah mengetahui jawabnya. Hal itu karena semakin dalam kau mempelajari suatu hal maka suatu saat akan kau temui bagian yang susah untuk dipelajari. Yang membuatku merasa malas untuk lanjut mempelajari adalah saat di mana telah kucoba atasi masalah itu berulang kali, namun tak kunjung kudapat juga pemecahannya. Sedangkan pada saat itu tidak ada orang yang mampu kutanyai hingga puasku muncul. Apabila telah mencapai titik itu rasanya hatiku gundah. Mau meninggalkan ketertarikan baruku itu rasanya sayang, tapi mood tidak mendukung. Akhirnya aku pun melakukan hal-hal aneh yang membuat jengkel orang serumah.

Kupikir, baru akhir-akhir ini aku memiliki pemikiran seperti itu. Hal itu semakin terasa mendesak seiring tibanya hari pengambilan rapor. Waktu itu benar-benar memburuku untuk memilih mana di antara banyak hal yang bisa kulakukan untuk dikembangkan, terus diperdalam, sedangkan yang lain dikesampingkan terlebih dahulu. Mengapa? Karena bayangan kehidupan kampus semakin terlihat nyata. Tanpa persiapan matang, bisa-bisa tidak ada prestasi yang bisa kuraih karena semua yang bisa kulakukan berada pada titik standar, tidak ada yang istimewa. Ketika aku menyadari bahwa aku menyukai hal A, aku juga tahu bahwa hal itu sangat tidak mungkin untuk kuperdalam. Namun untuk hal B, yang sebenarnya aku lumayan suka, aku merasa bahwa kemampuanku di bidang itu semakin menurun. Hal itu membutuhkan kreatifitas dan jiwa seni yang tinggi. Padahal kemampuan menggambarku tidaklah terlalu baik.

Dilema seorang remaja, kegalauan seorang remaja. Kakak sepupuku pernah berkata padaku, bahwa itu adalah hal yang biasa. Merasa tersesat, tidak tahu arah. Nanti di kelas dua kamu akan dengan sendirinya menemukan jalan yang menurut pandanganmu benar-benar tepat. Hmm..., semoga saja itu benar dan badai batin ini segera berakhir. Semoga jalan itu adalah jalan yang baik, bukan jalan yang berseberangan dengan ketentuan agama Islam. Amin...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments