Aku, Sapuku, dan Duniaku (2)

By alfanadhya - December 28, 2013

Haish! Sekuat apapun aku mencoba untuk melupakan benda itu barang semenit tidak ada yang berhasil. Hah?! Tidak mungkin 'kan diriku se-ambisius itu hanya untuk segera mendapatkan benda itu sebelum diambil orang? Atau jangan-jangan benda itu sudah dibuang ibuku? Oh, tidak! Itu tidak boleh terjadi! Kamu harus berpikir positif, Ari! Semangat, kataku menyemangati diri sendiri.

"Anak-anak! Siapkan selembar kertas, segera! Ulangan harian 2 Bab Im-Kol akan segera dimulai! Hanya alat tulis yang boleh ada di atas meja!"

"Pak, kertasnya kertas HVS atau kertas sobekan?"

"Pak, pakai pensil atau pulpen?"

"Pak, boleh pakai tipe-x nggak? Yang cair apa yang kertas?"

"Lho, Pak! Kertas contekan 'kan juga alat tulis?"

Hah, aku benar-benar pusing mendengarkan semua ocehan-perlambatan-ujian dari teman-temanku. Mereka nggak ingat apa, bukankah sudah berulang kali dikatakan Pak Rejo kalau ulangan harian itu...

"Ya ampun, anak-anak! Inilah yang tidak Bapak sukai. Bukankah sudah Bapak beritahu sejak awal kalau ujian itu pakai kertas HVS dan pakai pulpen. Nggak boleh pakai tipe-x, lebih baik dicoret. Itu akan terlihat lebih rapi daripada di-tipe-x. Camkan itu dalam otak kalian mulai dari sekarang! Oya, satu lagi, dalam kondisi apapun, selama itu masih ulangan harian, tidak boleh bawa kertas contekan maupun melakukan aksi menyontek dengan cara apapun. Bapak lebih suka nilai 3 tanpa mencontek daripada nilai 100 tapi mencontek. Paham anak-anak?"

"Paham, Pak!!!"

"Bagus! Sekarang, Bapak akan bagikan soalnya. Setelah itu, segera dikerjakan."

Langsung kusergap soal di hadapanku. Pokoknya, aku harus menyelesaikannya secepat mungkin! Otakku tidak bisa lepas dari benda yang bahkan terpendam di tanah itu. Beruntung soalnya tidak sesulit yang kuperkirakan.

5 menit kemudian, kukumpulkan soal dan lembar jawabku di meja guru. Saat aku maju ke depan, teman-teman menyorakiku. Ah, biarlah, ada masalah yang lebih penting yang harus kupikirkan. Setelah kukumpulkan, aku langsung ngacir ke perpustakaan. Tempat sepi yang paling cocok untuk berpikir dan merenung.

Namun tampaknya hari ini adalah hari sial bagiku. Perpustakaan yang biasanya sepi justru sangat ramai. Alasannya tempat itu digunakan anak kelas sebelah untuk mencari referensi. Oh, apa yang harus kulakukan sekarang? Masak iya aku harus ke kamar mandi untuk berpikir? Namun beberapa detik kemudian, muncullah petugas perpustakaan yang, dalam kasus ini, menjadi pahlawanku.

"DIIIAAAMMMM!!! Ini perpustakaan, bukan pasar! Kalian tidak bisa baca apa, kalau di sini dilarang bicara? Malah kalian dalam melanggar peraturan melebihi batas berbicara, yaitu berteriak! Kapasitas berbicara di sini hanya berbisik! Paham! Kalau nggak bisa diam, balik aja ke kelas!"

Alhamdulillah! Langsung hening, bro! Suasana yang tepat untuk berpikir.

Oke! Sekarang, ayo kita mulai perundingan. Kira-kira, benda apa yang terbuat dari logam, berbentuk lempengan, dan mempunyai cahaya merah yang berpendar? Pasti itu sesuatu yang spektakuler, karena punya cahaya merah. Hmm..., mungkinkah itu robot raksasa?

Mari kita pikirkan. Kalau itu robot raksasa dan berukuran raksasa, pastilah sudah ditemukan sejak dibangunnya fondasi rumahku. Dan seingatku nggak ada tukang yang heboh gara-gara ada robot terpendam.

Berarti, besarnya maksimal hanya sebatas halaman depan dan berukuran tidak terlalu besar. Soalnya, hanya halaman depanlah yang nggak digali dalam-dalam. Kalau itu benda yang terpendam sejak lama, mengapa bisa terangkat ke permukaan bumi? Mungkinkah gempa sebulan silam penyebabnya? Ahh, apa dong kira-kira benda itu?

Kemudian aku teringat dengan film kartun yang kutonton kemarin sore. Dalam episode itu, ada alien yang mendarat di bumi dengan...

"UFO?!"

"UFO? Ada apa dengan UFO, bro?" tanya Rafi mengagetkanku. Rafi adalah sahabatku.

"Eh, Rafi. Nggak ada apa-apa, 'kok. Hehe, aku baru saja merenungkan, apa nama alat transportasi yang digunakan para alien dalam film kartun kemarin sore. Dan itu ternyata bernama UFO, hehe."

"Ya elah, si bintang kelas baru tahu kalau itu bernama UFO? Hebat! Plok plok plok..."

"Yah, jangan ngejek, dong!"

"Aku nggak ngejek, 'kok. Cuma nyindir, hehe. Oya, ngomong-ngomong, 'kok tadi kamu ngerjainnya kayak pesawat jet, sih? Hayo..., ngapain?"

"Aku cepet-cepet, ya, cuma kepengin mikirin benda itu namanya apa. Dan ternyata, UFO."

"Hahaha, lucu amat. Udah yuk, ke kantin. Cacing peliharaanku udah ngamen, nih...,"

"Hheh, ayo!"

Lalu kami berdua berjalan menuruni tangga bersama menuju kantin.

Ah, sepertinya tebakanku kali ini tepat. Bukankah UFO tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk alien yang masih remaja, hehe. Harus ngebut nih, pulangnya!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments