Menjamu Tamu

By alfanadhya - December 21, 2013

Kalau ada tamu yang bertandang ke rumah, biasanya aku yang disuruh mengantarkan jamuan untuk para tamu.  Maklumlah, aku sudah dibilang cukup dewasa untuk urusan mengantarkan minuman.  Sedangkan adikku yang bertugas meracik dan mengolah jamuan untuk para tamu. Soalnya, dialah yang pandai dalam membuat makanan modern.  Dan aku? Ya..., bisa dibilang ahlinya pada makanan tradisional.  

Nah, dalam menjamu tamu, setelah berpengalaman selama sekian kali ini, aku masih kebingungan untuk memilihkan menu minuman dan camilan yang cocok untuk tamu.  Seperti, gelas apa yang cocok untuk teh hangat.  Sebaiknya gelas tinggi, atau cangkir?

Yang kedua, minuman apa yang cocok disajikan dalam suasana yang sedikit dingin, namun juga sedikit panas?  Lalu, camilan apa yang cocok disajikan untuk para tamu?  Kalau ada roti kaleng, emping, dan kue es atau apapun lah itu namanya, manakah yang sebaiknya kusajikan. Ataukah harus kubawa ke ruang tamu semuanya?

Itu belum seberapa.  Ada hal lain yang lebih membuatku gugup, yaitu bagaimana cara yang tepat untuk mengajak tamu masuk ke ruang makan untuk makan bersama.  Itulah cara yang paling sulit.  Pasti mereka akan menolaknya dengan seribu alasan.  Sama teman seumuran aja sulit, apalagi mengajak tamu yang lebih tua dari kita.  Setelah berulang kali dirayu, pasti, barulah mereka mau menerimanya, meskipun masih dengan wajah yang sedikit terpaksa.  Ya, mungkin memang seperti itulah orang Jawa, ngakunya sudah makan, padahal kenyataannya belum makan sedari pagi.  Itu mungkin berarti mereka tidak ingin merepotkan orang yang di-tamu-i.  Padahal kita dianjurkan untuk menjamu tamu dengan sebak-baiknya, dan menjadikan tamu itu sebagai Raja.

Itulah hal yang pasti terjadi.  Orang yang di-tamu-i pasti akan melayani tamu dengan sebaik-baiknya.  Bahkan yang paling super yang pernah kualami, aku dan keluargaku pernah disuruh menginap di rumahnya dan tidak boleh pulang, katanya setidaknya hanya untuk satu hari. Sedang bagi orang yang bertamu, perasaan tidak enak kepada orang yang di-tamu-i akan selalu menghantui mereka.

Nah, lho, jadi bagaimana sikap kita yang benar, yang benar-benar dapat merasakan suasana santai tanpa tekanan antara yang bertamu dengan yang di-tamu-i.  Karena saat bertamu, kejadian itulah yang biasanya, dan hampir selalu terjadi.  Sampai saat ini, aku masih belum mengetahui caranya.

Kembali ke menjamu tamu.  Hayo, apa yang mau kutulis tadi?  Hah, aku lupa.  Ya sudah, sekian dulu dariku..., kalau sudah ingat nanti kutambahi lagi.  Terima kasih...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments